Connect with us

Artikel

Kajian dan Analisa: Pentingnya Mendirikan Pusat Kesehatan Mental Warga Gereja di Sulawesi Utara dengan Terapi Psikologis Hipnosis

Redaksi

Diterbitkan

pada

Penulis: Pdt. Barnabas Sumampow, STh, CHt (IACT-USA), CI

  1. Pengantar: Masalah Kesehatan Mental Global dan Lokal
    Kesehatan mental adalah isu global yang semakin mendapat perhatian dalam beberapa dekade terakhir. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi bahwa gangguan mental merupakan penyebab utama disabilitas dan mengurangi kualitas hidup di seluruh dunia. Di Indonesia, termasuk di Sulawesi Utara, masalah kesehatan mental juga semakin meningkat, dan dampaknya dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, termasuk umat Kristen.
  2. Tantangan Kesehatan Mental di Kalangan Umat Kristen
    Meskipun ajaran Kristen menekankan damai sejahtera dan kasih, umat Kristen tetap tidak kebal terhadap berbagai masalah mental. Secara kasat mata dan empiris, semakin banyak anggota gereja yang menghadapi tantangan seperti stres, depresi, kecemasan, kecanduan, kebiasaan buruk, kesulitan dalam mengatasi masa lalu (gagal move on), penurunan produktivitas, perceraian, obesitas, hingga orientasi gender yang menyimpang.

Hal ini menunjukkan bahwa gangguan mental tidak memilih-milih korban; bahkan mereka yang aktif dalam pelayanan gereja, seperti pendeta, penatua, dan diaken, juga dapat mengalami masalah-masalah ini. Kondisi ini memperlihatkan urgensi untuk menangani masalah kesehatan mental secara lebih serius di kalangan umat Kristen, tidak hanya melalui pendekatan spiritual, tetapi juga dengan intervensi psikologis yang ilmiah dan efektif.

  1. Kebutuhan akan Pusat Kesehatan Mental Khusus Warga Gereja
    Sulawesi Utara, khususnya dalam lingkup GMIM (Gereja Masehi Injili di Minahasa), memiliki jumlah pendeta aktif yang mungkin mencapai sekitar 2 ribuan, serta 28 ribu pelayan khusus (pelsus) dengan jumlahnya hampir 1 juta umat yang tersebar di tanah Minahasa dan sekitarnya, seluruh Indonesia dan manca negara. Ini menunjukkan adanya potensi besar untuk mengimplementasikan program kesehatan mental secara terstruktur dan terkoordinasi. Namun, hingga saat ini, belum ada pusat kesehatan mental yang secara khusus melayani warga gereja dengan pendekatan yang memadukan aspek psikologis dan teologis.

Selain mengoptimalkan pendirian rumah sakit yang menangani masalah medis, sangat penting untuk mendirikan pusat kesehatan mental yang bisa melayani warga gereja secara holistik. Pusat ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk penyembuhan, tetapi juga sebagai pusat pendidikan dan pencegahan, di mana anggota gereja bisa belajar tentang pentingnya menjaga kesehatan mental dan bagaimana cara mengatasi masalah-masalah yang mungkin mereka hadapi.

  1. Terapi Psikologis Hipnosis: Pendekatan Ilmiah yang Efektif
    Terapi psikologis hipnosis adalah salah satu pendekatan yang terbukti secara ilmiah dan efektif dalam mengatasi berbagai masalah mental. Metode ini bekerja dengan membantu pasien mencapai kondisi relaksasi mendalam, di mana mereka lebih mudah mengakses pikiran bawah sadar dan mengatasi masalah mendasar yang mereka hadapi.

Hipnoterapi telah digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi seperti kecanduan, gangguan kecemasan, depresi, trauma, serta membantu dalam perubahan perilaku yang positif. Dalam konteks gereja, hipnoterapi bisa disesuaikan dengan nilai-nilai Kristiani, sehingga tetap menghormati keyakinan spiritual pasien.

  1. Aspek Teologis dan Etika Kristiani
    Pendirian pusat kesehatan mental dengan terapi psikologis hipnosis harus memperhatikan aspek teologis dan etika Kristiani. Pendekatan ini harus dilakukan dengan pengawasan yang ketat, serta melibatkan pendeta dan konselor rohani yang memahami teologi Kristen. Hal ini penting agar terapi yang diberikan tidak hanya berfokus pada penyembuhan mental tetapi juga memperkuat iman dan spiritualitas pasien.

Kolaborasi antara praktisi hipnoterapi, psikolog, psikiater, dan tokoh-tokoh spiritual dalam gereja sangat diperlukan untuk memastikan bahwa semua intervensi yang dilakukan sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai Kristen. Pendekatan holistik ini tidak hanya memperbaiki kondisi mental pasien tetapi juga membantu mereka untuk lebih dekat dengan Tuhan dalam proses penyembuhan.

  1. Rekomendasi: Implementasi Pusat Kesehatan Mental Warga Gereja.
    Dibutuhkan sebuah gerakan yang terstruktur dari gereja-gereja di Sulawesi Utara, terutama GMIM, untuk mendirikan pusat kesehatan mental yang mengintegrasikan terapi psikologis hipnosis dengan pelayanan pastoral. Pusat ini bisa menjadi tempat di mana jemaat dapat menerima bantuan psikologis yang dibutuhkan tanpa merasa dihakimi, dan di saat yang sama mendapatkan dukungan spiritual.

Pendirian pusat kesehatan mental ini juga bisa menjadi model bagi gereja-gereja lain di Indonesia, untuk mengadopsi pendekatan yang sama dalam menangani masalah kesehatan mental di kalangan jemaatnya.

  1. Kesimpulan
    Mendirikan pusat kesehatan mental khusus bagi warga gereja di Sulawesi Utara dengan pendekatan terapi psikologis hipnosis adalah langkah yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan kesehatan mental yang semakin signifikan. Dengan pendekatan yang memperhatikan aspek teologis dan etika Kristiani, pusat ini diharapkan bisa memberikan solusi yang holistik, ilmiah, dan efektif bagi umat Kristen yang membutuhkan dukungan mental dan spiritual. (*)
  2. Penulis adalah Founder dan Terapis Hipnosis BPS Hypnotherapy Centre, Kota Bitung, Sulawesi Utara.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel

KESALAHPAHAMAN TERHADAP MAKNA-MAKNA SPIRITUAL DALAM TRADISI BUDAYA MINAHASA

Redaksi

Diterbitkan

pada

By

Penulis: Charlie Boy Samola S.S.,

Tradisi budaya Minahasa memiliki kekayaan spiritual yang mendalam dan kompleks. Nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam tradisi tersebut telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Minahasa sejak zaman dahulu.

Namun, kesalahpahaman terhadap makna-makna spiritual dalam tradisi budaya Minahasa dapat menyebabkan distorsi dan kehilangan nilai-nilai yang sebenarnya.

Oleh karena itu, penting untuk memahami makna-makna spiritual dalam tradisi budaya Minahasa dengan lebih mendalam dan akurat.

Salah satu contoh kesalahpahaman adalah ketika ritual-ritual tradisional dianggap sebagai praktik keagamaan yang eksklusif, padahal sebenarnya ritual-ritual tersebut memiliki makna yang lebih luas dan inklusif.

Ritual-ritual tradisional dalam budaya Minahasa seringkali melibatkan komunitas dan memiliki tujuan untuk memperkuat hubungan antara manusia dan alam semesta. Dengan demikian, ritual-ritual tersebut tidak hanya memiliki makna spiritual, tetapi juga moralitas, sosial dan budaya.

Kesalahpahaman lainnya adalah ketika simbol-simbol spiritual dalam tradisi budaya Minahasa dianggap sebagai objek-objek mistis yang memiliki kekuatan magis, bahkan dianggap sesat oleh masyarakat modern yang pemikirannya cenderung terpengaruh oleh sisi negatif dari indoktrinasi agama yang diwariskan oleh para penyebar agama di zaman Kolonialisme.

Perlu kita ketahui, simbol-simbol spiritual dalam budaya Minahasa juga seringkali memiliki makna yang dalam dan filosofis, yang terkait dengan tuturan-tuturan bijak dari para leluhur, alam semesta, kehidupan, dan kematian.

Dengan demikian, simbol-simbol tersebut dapat memberikan kontribusi pada pemahaman kita tentang kehidupan dan alam semesta, sesuai dengan daerah tempat kita berasal dan tinggal. Leluhur-leluhur di Minahasa juga menghargai dan bisa menerima perkembangan-perkembangan yang datang dari luar, selama perkembangan-perkembangan tersebut masih memiliki tujuan baik dan positif, serta tidak merombak atau mengacaukan tatanan moral dan sosial masyarakat di Minahasa.

Oleh karena itu, sangatlah penting untuk melestarikan dan mempromosikan tradisi budaya Minahasa dengan cara yang tepat dan bertanggung jawab.

Dengan memahami makna-makna spiritual dalam tradisi budaya Minahasa, kita dapat mengapresiasi dan melestarikan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi tersebut.

Selain itu, kita juga dapat memahami bahwa tradisi budaya Minahasa memiliki kekayaan spiritual yang dapat memberikan kontribusi pada pemahaman kita tentang kehidupan dan alam semesta.

Dengan demikian, kita dapat turut serta dalam membangun masyarakat yang harmonis, adil, dan juga bisa menghargai maupun berselaras dengan alam semesta ciptaan Tuhan.

Kolongan Kalawat, 7 Mei 2025

Continue Reading

Artikel

BUDAYA KORUPSI DI SULAWESI UTARA, DARI POLITIK DAERAH SAMPAI INSTITUSI AGAMA

Redaksi

Diterbitkan

pada

By

Penulis: Charlie Boy Samola S.S.

Budaya Korupsi yang berjangkit di pemerintahan Daerah Sulawesi Utara telah menjadi masalah yang serius.

Kasus-kasus Korupsi yang melibatkan para Pejabat Daerah telah menjadi sorotan berbagai Media lokal. Dampaknya, kepercayaan Masyarakat terhadap pemerintah mulai luntur.

Korupsi ini tidak hanya merugikan keuangan Daerah, tetapi juga telah menghancurkan Citra Pemerintah sebagai lembaga yang seharusnya melayani Masyarakat.

Korupsi di pemerintahan daerah ini juga telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk Lembaga Agama.

Salah satu Lembaga Agama di Minahasa, Sulawesi Utara, yaitu Sinode GMIM selalu jadi sorotan masyarakat karena beberapa kasus Korupsi yang sudah mencoreng Citra Gereja.

Masyarakat mulai kehilangan kepercayaan terhadap lembaga agama yang seharusnya menjadi contoh dalam membangun budaya yang berbasis pada nilai-nilai kejujuran dan transparansi.

Seperti yang kita ketahui, bahwa GMIM sebagai salah satu Institusi Gereja terbesar di Minahasa, Sulawesi Utara, memiliki peran penting dalam membangun Masyarakat yang berbasis pada nilai-nilai Kristen.

Namun, kasus-kasus Korupsi yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab didalam Sinode telah membuat GMIM kehilangan kredibilitasnya.

Korupsi ini tidak hanya merugikan keuangan Gereja, tetapi juga telah menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap Gereja.

Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan upaya-upaya yang serius dan berkelanjutan. Pemerintah Daerah dan Gereja harus bekerja sama secara Positif untuk membangun Budaya yang berbasis pada nilai-nilai Integritas dan Transparansi.

Dengan kerja sama antara Pemerintah Daerah dan Gereja, kita dapat membangun masyarakat yang berbasis pada nilai-nilai Kejujuran dan Transparansi, serta memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah dan Gereja.

Kolongan Kalawat, 28 April 2025

Continue Reading

Artikel

Demi Politik Akomodasi, YSK Sedang Giring BSG ke Arah Bangkrut

Redaksi

Diterbitkan

pada

By

Catatan: Reky Simboh

Kepiawaian Yulius Selvanus yang berhasil memenangkan kontestasi Pilgub di luar kalkulasi banyak kalangan, kini mulai diuji. Keputusan ‘politik akomodasi’ yang diterapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) Bank SulutGo (BSG) yang diambilnya, justru bagai menggiring bank ini ke arah kebangkrutan.

Tak hanya akan limbung. BSG terancam akan almarhum seperti nasib dua lembaga keuangan Sulut lainnya beberapa tahun silam, Bank Tonsea dan Bank Pinaesaan.

Keputusan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Gorontalo yang juga diambil lima kabupaten/kota di daerah itu untuk menarik seluruh dananya, saham maupun Kas Daerah di BSG, adalah penyebabnya.

Jangan dulu bahas soal Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 17/2013 yang juga tak digubris YSK saat menempatkan empat orangnya di jajaran Dewan Komisaris BSG sebagai implementasi balas jasa politik.

Hitung saja, dari Outstanding Rp 16 Triliun di BSG, sekitar Rp 4 Triliun sampai dengan Rp 4,5 T berasal dari wilayah Gorontalo. Artinya ada porsi kredit Gorontalo sebesar 25 % sampai dengan 30 %.

Coba dibayangkan bila itu bermasalah, kira-kira berapa Non Performing Loan (NPL, kredit macet) yang harus ditanggung BSG ? Bukankah ada di kisaran 25 %- 30%?. Sementara (batas toleransi yg diperkenankan hanya hanya 3,5%.

Untuk menutup itu, biasanya bank sudah menyiapkan dana cadangan yang disebut CKPN. Pertanyaannya berapa nilai yang harus dibentuk ?.

Dengan kondisi seperti itu, apakah target laba Rp 400 miliar yang dibebankan kepada direksi, saat YSK masih bertoleransi mempertahankan seluruh personelnya, masih realistiskah ?

Ini baru efek Gorontalo. Jikapun langkah ini juga diikuti seluruh kepala daerah Bolaang Mongondow Raya (BMR) yang juga tokohnya ikut “terpinggirkan” dalam RUPS-LB, berapa risiko yang harus ditanggung Sulawesi Utara hanya karena ikut sikap YSK?

Tujuh pemerintah daerah di Provinsi Gorontalo tercatat sebagai pemegang saham Bank SulutGo (BSG).

Secara akumulatif, total nominal saham di BSG ini mencapai Rp235.068.900.000 atau Rp 235 miliar.

Jumlah itu setara dengan 19,34 persen dari total keseluruhan saham BSG yang mencapai Rp1,2 triliun.

Kekuatan saham ini menjadikan Gorontalo signifikan dalam pengambilan keputusan strategis di Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), termasuk dalam menentukan arah kebijakan, evaluasi kinerja, hingga penunjukan jajaran direksi dan komisaris.

Adapun rinciannya sebagai berikut:

  • Pemprov Gorontalo: Rp72.978.500.000 (5,79 persen)
  • Pemkab Boalemo: Rp48.161.200.000 (3,82 persen )
  • Pemkot Gorontalo: Rp34.024.300.000 (2,70 persen )
  • Pemkab Gorontalo: Rp25.838.600.000 (2,05 % )
  • Pemkab Gorontalo Utara: Rp22.699.600.000 (1,80 % )
  • Pemkab Pohuwato: Rp18.458.500.000 (1,46 % )
  • Pemkab Bone Bolango: Rp13.015.400.000 (1,03 % )

Meski saham terbesar masih dikuasai Pemprov Sulawesi Utara (35,88 % ) dan PT Mega Corpora (24,82 % ), posisi Gorontalo berpotensi menjadi penentu jika terjadi dinamika tarik-menarik dalam forum RUPS. (*)

Continue Reading

Trending