Connect with us

Artikel

SEPEREMPAT ABAD  SUTET  500 kV  BEKASI – CAWANG    (Bagian kedua)

Redaksi

Diterbitkan

pada

Oleh: Vickner Sinaga

Usia bagian pertama artikel ini, baru dua hari. Namun sudah seratusan tanggapan dan komentar. Dari Wawan satu staf teknik terbaikku, hingga Dosen di STT, Pdt. Elson Lingga. Ada yang tak sabar menanti seri kedua. Hermenta Purba Ir., minta agar ditulis juga kisah SUTET Gandul – Kembangan. Terlengkap dari Suhartoyo, Ah.T, SE. Pantas saja. Dia orang kedua di seratusan staf organikku. Jabatannya Kepala Bagian Pengendalian Kontrak (KBPK). Namun saat menghadapi proyek yang multi-dimensi ini, justru lebih sering di lapangan denganku. Idem dengan KB Sipil, KB Listrik, KB Logistik. Pun KB Administrasi. Strategiku “total football”. Saling mengisi.

   Menghadapi persoalan pelik pembebasan lahan dan jalur, membuat jam kerja tanpa batas. Maklum, warga terimbas proyek “people affected project” bisanya ditemui sepulang kerja. Suhartoyo pernah habis magrib, nyetir menjemput kepala bagian lain, untuk rapat dengan pemilik lahan. Tak sangka. Dua anak menghalangi, berujar “ini, datang orang jahat”.. Bentuk protes. Tiap hari, ayah mereka seakan “diculik”. Kerja lembur dan pulang larut malam. Kucari obatnya. Employee gathering. Tiga bulan sekali, pegawai, keluarga dan putera puteri guyub. Nginap di luar kota. Suasana cair bin kocak. Staf teknis yang biasanya merayap di kawat SUTET, bisa berlakon badut, menghibur anak anak.

   Suhartoyo berani sebut dalam tanggapannya bahwa proyek SUTET 500 kV Bekasi – Cawang ini, tersulit yang pernah ada. Luar biasa kompleksnya. Butuh ragam disiplin ilmu. Teknik Sipil ya. Teknik listrik, tentu. Teknik Instrumentasi dan kontrol. Prokuremen & manajemen kontrak pasti. Panglimanya? Ilmu komunikasi massa. Modalnya, kerendahan hati, empati hingga “memelas” demi tercapainya tujuan. Kucipta, motto CERDAS, Akronim dari Care, Efektif, Redefenisi, Diffrensiasi, Applicable and Smart..

    Peduli kepada warga terimbas proyek. Di tataran implementasi, santun berdialog. Jauh dari sikap menggurui. Nurani dikedepankan. Sabar berinteraksi berkali-kali jika perlu untuk edukasi.

   Diffrensiasi berarti unik. Kusebut Solusi “out of the box”. Ada rumah petinggi yang akan kekolongan jalur. Menolak. Solusinya, turun tangan memperbaiki dapur rumah dinas itu. Beres. Hingga level berbagi “tali asih” yang disisihkan dari keuntungan rekanan. Tapi kadang juga harus bersikap tegas, bak cerita dibawah… i

   SUTET di kedua ujungnya, punya terminal, yakni GITET 500 kV. Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi. Di timur, Bekasi ada lahan 20 hektar. Cukup dengan tipe konvensional. Di barat  Cililitan, hanya ada 2 hektar. GITET di disain minimalis. Semua konduktor diselubungi tabung berisi gas SF6 sebagai isolasi. SUTET beres tentu GITET juga harus beres paralel. Test dilakukan bersamaan.

   Suatu waktu pemilik lahan sudah menerima ganti rugi. Namun masih ngotot, belum mau pindah dari rumahnya. Alasannya?. Rumah pengganti belum jadi. Huh…

Proyek telatlah. Solusinya?. Tetangganya yang sudah bebas, kuminta dimulai perataan tanahnya. Tak sampai 3 hari, sosok bandal itu pun pindah. Terkena banjir saat hujan. Yang satu ini lebih seru….

   GITET Cawang masuk dari Jalan Raya DI. Panjaitan. Dulu kumuh, tempat jual beli besi tua. Tingkat kriminalnya tinggi. Lahan sudah bebas, diratakan dan dipadatkan. Agar asri, pinggir pohon ditanami, berkolaborasi dengan Pemda

   Lanjut konstruksi fisik. Muncul aksi premanisme. Hingga batas toleransi, masih teratasi. Namun ada yang excessive. Bersikap bak penguasa. Kontraktor lapor. Supervisor PLN diteror. Diancam terus. Pengawas kuganti. Tak berhasil. Takut ke lapangan. Solusinya?…

   Turun tangan langsung. Memakai baju preman. Maksudnya pakaian tak resmi. Proyek kupuputari

Terlihat si preman ada, bergaya di proyek. Kami belum pernah ketemu. Jadi baru kenal disitu. Dari gaya dan cara bicara, terbaca sepertinya, sulit diajak bicara. Alat ujinya?. Ku info bahwa kayu bekas proyek yang sering disebut Jati Belanda, akan dibawa ke Gandul. Dibutuhkan “bosku”, ujarku. Dengan garang, dia sebut tak bisa. Pembelinya sudah ada dan akan ambil. Hah……..

    Tak jauh, ada pos pengamanan pemilu. Dengan alasan untuk ganti suasana, petugas berambut cepak yang menunggu applosan kuajak ke salah satu ruangan. Lalu strategi diatur. Tiba saatnya, aksi nyata. Terlihat dari jauh, yang diincar masuk telepon umum itu. Tim kami pun sudah berada di sekeliling.

Berlagak antri. Salah seorang mengetuk bilik telepon koin itu, seraya bilang agar “jangan lama”. Antrian panjang. Tak peduli. Sombong. Akhirnya, koinnya habis, keluar juga. Keluar box bisa. Namun tak bisa keluar dari lingkaran yang kokoh kami bentuk.

    Aksi “diam” kami ditempat berjalan baik. Dicobanya menerobos, gagal. Sepuluh menit berlalu. Stressnya memuncak. Mencoba memukul salah satu kami.. Mengelak dan menelikung. Satu orang menginjak kakinya. Ternyata preman bertattoo ini merintih juga. Edukasi cukup. Tak muncul lagi, hingga instalasi, sukses beroperasi.  Listrik Jakarta makin andal. Sumber listrik, so dekat.. Memasok Jakarta dari arah Timur.

    Kuakhiri bagian kedua, yakni aspek non teknis di  tulisan berseri ini. Ditunggu bagian ketiga, atau yang terakhir. Sisi High Tech. Pasti banyak yang menanti. Akan disajikan renyah, dan mudah difahami. Kuposting dari Terminal 3 Bandara Soekarno – Hatta, Senin pagi di 03 Juni.  Selamat datang Minggu kerja baru. (*)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *