Connect with us

Artikel

SEPEREMPAT ABAD SUTET 500 kV BEKASI – CAWANG (3)

Redaksi

Diterbitkan

pada

Oleh:  Vicner Sinaga

Proyek berteknologi tinggi (High Tech), itulah klu, bocoran di ujung artikel bagian 2, untuk artikel penutup ini…  Bekerja di lokasi ketinggian, berteknologi tinggi. Paling krusial, tingkat kesulitan pun, ekstrim tinggi juga. Sesulit apakah?. SUTET berfungsi menyalurkan listrik. Milyaran Watt. Maka perlu tiga susun konduktor di sisi kiri dan kanan. Konduktor nya sendiri 4 berkas yang disatukan dengan “spacer”. Diameter konduktor sekitar 3 cm… Empat haspel kawat berputar di porosnya untuk 10 km, sekali tarik.

Satu haspel, panjang gulungan dua ribu meter. Berarti setidaknya selalu ada 4 sambungan…. Ujung ke ujung. Kawatnya ACSR, Aluminium Core Steel Reinforced. Saat nyambung, kawat terluar Aluminium dikupas dulu. Hingga ketemu kawat inti baja (penguat) nya. Lalu?. Kedua ujung baja disambung, dengan mesin “press”. Beres. Berkas 2 ujung kawat Aluminium kemudian dijahit, lalu di “press” lagi. Lalu dengan tensioner, ditarik hingga menggantung diantara tower-tower itu.

Agak teknis ya. Namun perlu juga ditonjolkan, betapa profesionalnya para teknisi yang bekerja. Perlu diyakinkan bahwa kekuatan konduktor di sambungan tak kalah dengan kondisi orisional tanpa sambungan… Suasana kerja tidak terlalu tegang, karena aktifitas, menyambungnya di atas tanah dekat mesin tarik. Beda dengan yang dikisahkan dibawah ini.

Selain 6 pasang kawat 4 berkas itu (penyalur arus listrik), ada sepasang kawat paling atas. Tugasnya melindungi kawat dibawahnya dari sambaran petir… Kawat baja, disebut earthwire atau arde. Untuk SUTET Bekasi – Cawang, kawat pelindung ini juga digunakan untuk saluran telekomunikasi internal PLN. Kok bisa?.

Paling tengah (inti), diselipkan f/o, “fiber optic”. PLN punya sistem telekomunikasi sendiri.. Menyambung kabel fibre optic di puncak tower, ekstrim sulit karena kabel f/o begitu halus dan mudah rusak (fragile). Ditambah terpaan angin ekstrim kencang di ketinggian itu. Dikerjakan oleh enjiniir bersertifikat berketrampilan tinggi. Meski kadang harus diulang….

Kini bicara soal high-tech sistem kelistrikannya. Mengawali bulan Juni 2024 ini, terjadi gangguan besar di sistem Sumatera. Sering diistilahkan dengan “black out”. Sumatera Bagian Utara terganggu bersamaan dengan bagian tengah dan bagian selatan pulau ini. Info yang didapat, SUTT 150 kV Langsa – Idi, tersambar petir. Masuk akal.  Inilah yang membedakan SUTT dengan SUTET. Adalah fakta bahwa SUTT masih rawan terhadap sambaran petir. SUTET sebaliknya. Kebal terhadap petir. Rentengan isolatornya cukup panjang, tak tertembus petir yang biasa biasa saja.. Tingkat isolasi semua peralatan, juga diatas surja petir.

Ada lagi yang spesifik. Jika tegangan menengah 20 kV hingga tegangan tinggi 150 kV, sifatnya induktif. Maka banyak Capasitor dipakai sebagai kompensator, mencegah turunnya tegangan. Sebaliknya, SUTET 275 atau 500 kV, sifatnya kapasitif. Justru dibutuhkan Reaktor untuk kompensasi daya reaktif kapasitif ini. Nilainya besar sekali. Bisa 1 MVAR per km. Bahayanya?. Tegangan akan naik ekstrim di ujung penerima. Jika dari Suralaya dikirim tegangan 500 kV, maka di GITET Gandul, berjarak 130 km, tegangan bukan turun. Justru naik. Bisa diatas 530 kV. Padahal kemampuan peralatan maksimal 525 kV.

Mengatasinya?. SUTET yang jika di ujungnya ada Reaktor, ditempelkan dulu sebagai bemper… Atau tegangan kirim dibuat dibawah 500 kV. Sekalian Generator di pembangkit bertugas mengambil kelebihan daya reaktif ini. High – Tech di sisi Gardu, khusus di Cawang dengan Gas Insulated Substation (GIS). Menghemat lahan, hingga cukup sepersepuluh Gardu Induk Konvensional di Bekasi. Gas yang digunakan SF6, Sulfur Hexa Fluorid…  Ditempat yang harga lahan mahal, pilihan jatuh ke tipe gardu kompak ini. Lebih ekonomis, jika dihitung total biaya pembangunannya.

Memang bagian ini, terlalu teknis dan akademis. Bagi yang berkecimpung di bidang ini, bolehlah sekali sekali dapat panggung. Terpuaskan me refresh ilmu nya. Pesan tersirat dari 3 seri tulisan ini adalah bahwa untuk proyek genting dan kompleks, membutuhkan leader yang mempunyai IQ, EQ, SQ brilian. Namun ada lagi yang paling penting, AQ.. Adversity Quotient.  Tingkat ketahanan dan kegigihan menghadapi tekanan dan persoalan….

Kontekstual, mungkin ada kaitannya dengan pengunduran diri oleh 2 sosok penting IKN. Ketua dan Wakil Ketua Otorita IKN, mundur beberapa hari lalu. Semoga penggantinya bisa menuntaskan tugas yang masih setengah jalan itu. Buat para Direktur ‘Human Kapital’ dan jajaran, di setiap institusi, perlu serius mengkader para talenta terpilih dengan pelatihan teori dan praktek hingga tingkat “gojlogan”. Agar jangan sempat terjadi kekosongan stok talenta terdidik untuk tugas yang sangat spesifik.

Berikanlah kepada ahlinya, jika tidak?, maka tunggulah kehancurannya. Kuposting Hari Minggu, 09 Juni 2024 dari pojok selatan Jakarta. Sambil mengenang kembali, Bangka Indoor Outbound (BIO), gemblengan fisik, mental dan spritual. Kebersamaan dengan  psikolog pak Wishnu, dan pak Djamaluddin Antjok alm di sela sela kursus manajemen atas. Salutku buat pemrakarsanya, almarhum pak Kuntoro M. Entah bagaimana sekarang kondisinya.  Semoga menginspirasi. (selesai)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *