Connect with us

Manado

‘YSK Effect’ Makin Kuat Hantar BSG ke Kuburan Kebangkrutan

Published

pada

Screenshot 20250811 081646

MANADO,mediakontras.com – Ini bukan lagi ujian, tapi tamparan keras buat Gubernur Sulawesi Utara, Yulius Selvanus (YSK).

Bank SulutGo (BSG) hampir bisa dipastikan bakal menanggung kredit macet (NPL) di atas ambang batas dan laba dapat saja tergerus lumayan besar. Apa sebab ?

Penjelasan Kepala Badan Keuangan Daerah Pemerintah Kota (Pemkot) Gorontalo, Nuryanto, yang dilansir di media-media online bahwa ada 7000 Aparat Sipil Negara (ASN) tengah proses pembukaan rekening di Bank BTN, adalah pintu ke kuburan bagi BSG.

Karena, dengan pindahnya ribuan ASN yang sebelumnya nasabah aktif BSG, potensial lost dana sudah terbuka lebar. Nilainya bisa ratusan miliar.

Apalagi Tribun Gorontalo.com edisi Selasa (12/8/2025) mengungkap, ada dua ribu pegawai Pemkot Gorontalo yang tercatat memiliki pinjaman aktif di BSG dengan total nilai mencapai Rp 460 miliar.

Sebuah sumber mengungkap, outstanding khusus Pemkot Gorontalo saja ada sekitar Rp 450 miliar dengan Non Performing Loan (NPL) hanya di angka 0,00 sekian. Artinya tak menyentuh walau hanya 0,1 % saja.

Namun, berpindahnya ribuan ASN ini ke Bank BTN yang juga seiring dengan hijrahnya Rekening Kas Umum Daerah (RKUD), pinjaman aktif 2.000 pegawai Pemkot Gorontalo itu segera ‘naik status’ ke KL (kurang lancar) atau bahkan macet.

Maka, mencegah agar NPL-nya tak terus melambung jauh ke langit, mau tidak mau BSG wajib menyiapkan CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai) yang diambil dari laba tahun berjalan. Nilainya pun cukup besar.

Efeknya, rentabilitas BSG pasti turun, karena laba tahun berjalan tergerus untuk mengcover pencadangan. Belum lagi pembengkakan biaya operasional, akibat membiayai karyawan yang terpaksa harus turun door to door menagih sendiri ke ASN yang sudah pindah bank.

“Jika CKPN yang harus disiapkan itu 25 % dari outstanding Rp 450 miliar, berarti ada Rp 100 miliar dana yang wajib diambil dari laba tahun berjalan jalan,” papar sumber yang juga mantan pejabat BSG ini sambil meminta agar identitasnya tak usah disebutkan.

Dengan fakta seperti itu, kata dia, apakah masih ada harapan bagi para pemegang saham bisa meraup laba signifikan dari BSG di tahun buku 2025 ini ?

” Triwulan akhir 2025, mulai Oktober, hal ini sudah dapat dilihat hingga akhir Desember total NPL-nya, baik khusus Pemkot Gorontalo maupun rekonsiliasi, akan terang-benderang,” tambahnya.

Menurut dia, ini baru efek yang ditimbulkan akibat langkah Pemkot Gorontalo kekeuh hijrah ke BTN. Jika langkah Wali Kota Adhan Dambea yang kecewa dengan perlakuan Gubernur Yulius Selvanus saat RUPS-LB April lalu itu, juga diikuti tiga saja dari lima kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo, maka jurang ke kuburan bagi BSG makin terbuka sangat lebar.

Seperti yang sudah diberitakan, langkah yang diambil Pemkot Gorontalo ini merupakan imbas pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) BSG yang sedikitpun tak memandang andil wilayah Gorontalo sebagai pemegang saham bank itu.

Padahal dari Outstanding Rp 16 triliun, sekitar Rp 4 Triliun sampai dengan Rp 4,5 T berasal dari wilayah Gorontalo. Artinya ada porsi kredit Gorontalo sebesar 25 % sampai dengan 30 %.

Coba dibayangkan bila itu bermasalah,  kira-kira berapa besar NPL ( kredit macet) yang harus ditanggung BSG ? Bukankah ada di kisaran 25 %- 30%?. Sementara batas toleransi yg diperkenankan hanya hanya 3,5%.

Dengan kondisi seperti itu, apakah target laba Rp400 miliar yang dibebankan kepada direksi, saat YSK masih bertoleransi mempertahankan seluruh personelnya, masih realistiskah ?

Ini baru efek Gorontalo. Jikapun langkah ini juga diikuti seluruh kepala daerah Bolaang Mongondow Raya (BMR) yang juga tokohnya ikut “terpinggirkan” dalam RUPS-LB, berapa risiko yang harus ditanggung Sulawesi Utara hanya karena ikut sikap YSK?.(*)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

/** * Use the following code in your theme template files to display breadcrumbs: */