Connect with us

Entertainment

Kisah Penculikan Bayi di Minahasa pada 1980-an, Jadi Inspirasi Film Mariara

Published

on

MANADO,mediakontras.com ko – Alkisah, di sebuah Wanua (nama perkampungan di Minahasa zaman dulu) di Tanah Malesung, sebutan lain untuk Minahasa; suatu peristiwa terjadi dan sangat menghebohkan. Bukan saja di tempat itu, namun kejadian yang tak masuk di nalar ini menyebar hingga ke daerah-daerah sekitar.

Betapa tidak, seorang bayi yang tengah ditinggal sebentar oleh orang tuanya, tiba-tiba raib entah ke mana. Padahal, ibu-ayahnya hanya pergi ke dapur untuk makan, seperti yang mereka lakukan selama ini.

Saat itu memang mulai beranjak malam. Tapi, kedua pasutri tak merasa khawatir. Selain karena sudah rutin seperti itu, di dekat bayinya sudah diletakkan gunting, cermin dan ditambah dengan irisan jeruk purut kering serta potongan jahe merah yang juga kering, di tuskkan peniti dan kemudian disematkan di pakaian bagian atas bayinya.

Begitu memang anjuran orang tua mereka. Ritual wajib yang harus dilaksanakan bagi pasutri yang memiliki orok bayi.

“Perangkat” tersebut diyakini mampu menolak roh-roh jahat yang akan mengganggu bayinya. Gunting, cermin, jeruk purut dan jahe merah kering itu dipercaya memiliki kekuatan penangkal yang sakti mandraguna.

Tapi, kejadian malam itu, mementahkan semua penolak bala tersebut. Karena, tak ada jejak binatang buas, seandainya bayi mereka digondol pemangsa daging yang memang masih suka berkeliaran di kampung itu.

Semuanya masih tertata rapi. Demikian juga tak sedikitpun terdengar suara, baik tangisan bayi ataupun dobrakan pintu-jendela, jika ada penculik yang masuk.

Orang tua serta para tetua kampung yang datang kemudian setelah dilapori, berkesimpulan jika perbuatan itu merupakan ulah si Mariara. Seseorang yang memiliki ilmu hitam yang sering menjadi bayi sebagai “penguat” ilmunya.

Dengan kesaktian yang dimilikinya, Sang Mariara dapat melumpuhkan seseorang bahkan sekelompok orang. Ilmunya pun dapat “disewa” untuk mencelakai orang tertentu oleh pihak yang menyenanginya.

Korbannya tak pilih-pilih. Siapa saja, termasuk mereka yang melayani di rumah peribadatan. Apalagi bila ada orang baru yang dianggap mengancam kedudukannya, di lembaga apapun, Mariara dapat dimintakan “pertolongannya.”

Hilangnya bayi itu kemudian dihubung-hubungkan dengan ritual lainnya, “tanam kepala”. Konon, diyakini kepala seorang bayi, yg belum mengenal dosa itu, akan sangat “bertuah” melindungi bangunan-bangunan tertentu jika potongan kepalanya ditanam bersama pondasi. Biasanya pada pekerjaan jembatan atau gedung besar.

Kejadian pada 1980-an inilah yang menjadi inspirasi naskah film Mariara ditulis. Sutradara Veldy Reynold mengakui, sebenarnya ada banyak “cerita kampung” yang telah akrab di masyarakat Minahasa.

Para pegiat budaya menuturkan, praktik seperti Mariara, Mamuis maupun ritual-ritual klenik warisan nenek moyang bangsa Minahasa ini masih tetap ada meski zaman sudah masuk pada era digital.

“Meski agama sudah lebih dari 200 tahun masuk di Tanah Minahasa, namun praktik okultisme ini tidak lantas hilang. Segelintir orang masih menjalankan ritual-ritual Alifuru yang dianut sebelumnya, sehingga cara-cara ala Mariara itu tetap lestari,” tutur salah satu pemerhati budaya dalam tayangan di medsos.

Diangkatnya Mariara sebagai tema sekaligus judul filmnya, menurut Veldy karena selain ingin menyajikan kisah yang masih akrab di masyarakat Minahasa, lewat film ini dia juga mau menyisipkan pesan religius di dalamnya.

“Agar jangan ada yang beranggapan bahwa jika sudah di dalam gedung gereja, itu sudah aman, iblis tak dapat masuk. Ingat, sanubarilah benteng itu, di situlah Roh Kudus berdiam. Jadi bukan gedungnya,” tutupnya sambil tersenyum.

Film Mariara dijadwalkan tayang di jaringan bioskop XXI pada 28 November mendatang. Mariara film yang diproduksi Gorango Pictures sepenuhnya dikerjakan dan dibintangi anak-anak Manado. Veldy Reynold sebagai sutradara, sementara produsernya adalah Merdy Rumintjap.(rek)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Entertainment

Sukses Gala Premiere Film Mariara,  Sutradara Ajak Warga Kendorkan Tensi Politik

Published

on

By

JAKARTA,mediakontras.com – Gala Premiere film Mariara Perjamuan Maut yang digelar di bioskop XXI Plaza Senayan, Jakarta, ternyata mendapat sambutan luar biasa warga ibukota.

Gala Premiere Film Mariara digelar dengan dua show, di mana show yang pertama dimulai pukul 19.00-20.30 dan show kedua 21.00-22.30 WIB- Sabtu (23/11/2024). Dihadiri Wakil Menteri Tenaga Kerja (Wenaker) Immanuel Ebenezer Gerungan, pengusaha sekaligus pakar marketing dunia Hermawan Kartajaya, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Kerukunan Keluarga Kawanua (K3) Angelica Tengker, dosen seni sekaligus pengamat Prof. Tommy Awuy, sejumlah tokoh masyarakat Kawanua, kalangan pers, kerabat dan keluarga kru film dan undangan.

Gala Premiere ini sekaligus launching perdana Mariara Perjamuan Maut, sebelum diputar serentak yang dimulai 27 November 2024, di XXI di sejumlah kota di Indonesia. Sebelum pemutaran film, acara diawali  sambutan Wamenaker Immanuel Ebenezer Gerungan, Producer Eksekutif Michael Umbas, Producer Merdy Rumintjap, dan Sutradara film Mariara Veldy Reynold Umbas.

Saat sambutan, Immanuel Ebenezer menyatakan bangga dengan karya film Mariara, yang mendapat tempat tampil di  nasional, terutama di XXI di Plaza Senayan, sebagai salah satu cinema favorit warga Ibukota.

“Ini harus ditonton, apalagi yang merasa orang Manado yang berada di Jakarta, wajib mendukung dan menyambut film ini, yang menceritakan kehidupan gereja dan budaya serta adat lokal Minahasa,” ucap Ebenezer.

Ebenezer mengajak warga Kawanua mensuport penuh, karena ada karya film daerah yang diproduksi di Manado, Minahasa, yang kualitasnya tak kalah dengan film nasional lainnya.

Film Mariara adalah film dengan genre horror thriller, yang mengambil latar belakang budaya Minahasa yang sarat dengan kekristenan. Film ini menawarkan tontonan yang berbeda dari biasanya, karena para pemain menggunakan dialog bahasa melayu Manado, namun subtitle nya adalah bahasa Indonesia. Mariara digarap apik dengan tempo yang normal berdurasi 1 jam, 37 menit.

Usai Gala Premiere, pakar marketing Herman Kertajaya yang turut menyaksikan  film tersebut memberikan apresiasinya terutama dalam penonjolan yang kental dengan budaya serta adat yang melekat dan dimiliki masyarakat Minahasa.

“Terimakasih buat Sutradara Pak Veldy Reynold Umbas, yang sudah berkarya  baik, semoga Pak Veldy bisa melanjutkan dengan karya-karya yang lain dan ide cerita yang berbeda. Dan kami sudah mendengar sudah ada bocoran untuk judul film selanjutnya, yang tentunya akan ditunggu tanggal mainnya,” ungkap Hermawan.

Produser Eksekutif Michael Umbas menambahkan, ini merupakan kerja keras manajemen dan Gorango Pictures dan didukung berbagai pihak, sehingga hal itu menjadi penyemangat bagi karya-karya berikutnya.

Sementara  Produser Merdy Rumintjap bercerita film Mariara bisa ditayang di XXI, berkat doa dan dukungan warga Sulawesi Utara dan masyarakat pecinta film di Indonesia. Juga story telling  film Mariara, menurut sutradara Veldy Reynold Umbas digarap menggunakan struktur multiplot, yang memancing logika berpikir penonton. Meski demikian penyajiannya sederhana dengan perpindahan scene yang cepat.

Veldy menambahkan, sinopsis film ini bercerita tentang praktek bisnis dan ilmu hitam di salah satu kampung di tanah Minahasa, yang ternyata berada di balik pelayanan Gereja.

“Pada tanggal 27 nanti, usai memilih ayo kita relaksasi pikiran kita dengan nonton film Mariara di Bioskop, film yang menegangkan, menghibur dan banyak pesan moral,”kata Veldy.(*)

Continue Reading

Entertainment

Besok, Gala Premiere Film Mariara Perjamuan Maut

Published

on

By

JAKARTA,mediakontras.com  – Mengawali penayangan perdananya di jaringan bioskop XXI, Gorango Pictures, production house film Mariara Perjamuan Maut, menggelar Gala Premiere di Jakarta.

Perkenalan sekaligus penampilan perdana Mariara Perjamuan Maut di hadapan publik ini akan dilaksanakan di XXI-Mall Plaza Senayan pada Sabtu (23/11/2024).

Berbagai kalangan, mulai dari pejabat pemerintahan, pimpinan perusahaan, para penikmat film termasuk mereka yang selama ini memiliki pengikut/penggemar di dunia maya; diundang di acara tersebut.

Penyebaran informasi tentang Mariara Perjamuan Maut, juga sudah dilakukan secara masif melalui platform media sosial, khususnya di grup-grup tertentu, termasuk kalangan Kristen, menyesuaikan dengan tema film ini.

Tentunya, ajakan itu juga menyasar para Kawanua di seluruh pelosok Tanah Air dengan harapan lewat film ini dapat mengobati kerinduan mereka pada tanah kelahiran atau leluhurnya di Tanah Minahasa.

“Sejak dua bulan lalu kami memang intens mempromosikan Mariara ini baik onsite seperti yang dilakukan di Manado bulan lalu, maupun daring melalui medsos,” tutur Produser Merdy Rumintjap.

Dukungan dan motivasi beberapa pejabat negara yang ditemui Tim Mariara atas film karya Sutradara Veldy Reynold ini, seperti Raffi Ahmad, Utusan Khusus Presiden, Wakil Menteri Tenaga Kerja (Wamenaker) Imanuel Ebenhaezer Gerungan dan terakhir Wamen Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono, menurut Merdy, diharapkan dapat menjadi trigger, baik penggemar film maupun sineas dan pemeran di Tanah Air.

Sesuai jadwal, Mariara Perjamuan Maut akan tayang perdana di seluruh jaringan bioskop XXI pada 27 November, Rabu pekan depan. “Pokoknya, selesai coblosan, datang jo ke bioskop, bauni Mariara Perjamuan Maut,” ajaknya.

Mariara Perjamuan Maut adalah film yang produksi, pemeran serta lokasinya murni Sulawesi Utara. Film  dengan genre horror thriller produksi Gorango Pictures yang bermarkas di Manado ini proses perampungannya memakan waktu hampir lima tahun.(rek/*)

Continue Reading

Entertainment

Tatap Muka dengan Wamen Lingkungan Hidup, Diaz Hendropriyono akan Nonton Mariara

Published

on

By

JAKARTA,mediakontras.com – Dukungan terhadap Mariara, Perjamuan Maut, film karya anak-anak Manado produksi Gorango Pictures, terus berdatangan. Kali ini dari Wakil Menteri (Wamen) Lingkungan Hidup, Diaz Hendropriyono.

Tak hanya memberi apresiasi atas produksi film Production House (PH) dari Manado ini seperti yang disampaikan Utusan Khusus Presiden Raffi Ahmad, kemudian Wamenaker Imanuel Ebenhaezer Gerungan; Wamen  Diaz Hendropriyono bahkan menyatakan dirinya siap datang ke XXI pada 27 November pekan depan, menonton langsung Mariara Perjamuan Maut.

Hal itu diutarakan Diaz saat melakukan pertemuan dengan kru Mariara yang dipimpin Produser Merdy Rumintjap, Sutradara Veldy Reynold dan Leo Lintang, salah seorang pemeran film ini, Selasa (19/11/2024).

Sebagai film yang murni produk lokal Sulut, apresiasi Diaz terhadap Mariara membuktikan kualitas karya anak-anak dari daerah tidak kalah dengan sineas dan pemeran yang selama ini sudah menasional.

“Mantap dan luar biasa teman-teman dari Manado ini,” tutur Diaz tak menyembunyikan kekagumannya pada keuletan seluruh kru Mariara, khususnya ketika diceritakan bahwa butuh lima tahun merampungkan film ini, dengan berbagai tantangan yang dihadapinya.

Karena itu, setelah Mariara Perjamuan Maut sukses menembus ketatnya syarat di XXI, Diaz berharap akan ada lagi film selanjutnya, baik oleh Gorango Pictures maupun putra-putri daerah lainnya.

“Ayo, saya yakin teman-teman di daerah itu punya kemampuan yang tidak kalah dengan di Jakarta atau kota lain yang selama ini sudah dikenal di perfilman nasional. Angkat potensi di daerah kalian yang kaya itu menjadi sebuah karya yang saya percaya pasti luar biasa,” paparnya.

Mariara, Perjamuan Maut adalah film karya putra-putri Sulawesi Utara yang akan tayang perdana di jaringan bioskop XXI pada 27 November mendatang.(rek/*)

Continue Reading

Trending

× Kontak Redaksi