Artikel
“Laptop dan Sebungkus Harapan: Keteladanan dari Seorang Gubernur Malut”
Catatan: Reymoond ‘Kex’ Mudami
Malam itu wajah-wajah muda Paskibraka Maluku Utara masih menyimpan sisa cahaya dari panggung upacara kemerdekaan. Di pundak mereka, Indonesia baru saja beristirahat sejenak dalam khidmat bendera yang naik perlahan ke angkasa. Tubuh-tubuh tegap itu mungkin masih letih, tapi mata mereka berbicara lain: ada kebanggaan, ada keyakinan, ada semangat yang tak bisa ditukar dengan apapun.
Lalu datanglah sebuah momen yang tak pernah mereka duga. Serly Tjoanda, Gubernur Maluku Utara, berdiri bukan sekadar sebagai pemimpin, tetapi sebagai seorang ayah bagi anak-anak bangsa yang baru saja mengikat janji pada merah-putih. Ia tidak hanya bertepuk tangan atau memberi ucapan selamat. Ia melangkah lebih jauh: menghadiahkan laptop dan uang saku bagi para Paskibraka.
Seketika suasana berubah. Senyum-senyum gugup itu pecah menjadi bahagia. Ada yang menahan air mata, ada yang berbisik lirih pada teman di sampingnya: “Ini bukan sekadar hadiah, ini pengakuan.”
Bagi Serly, mungkin itu sederhana—hanya sepotong perangkat elektronik dan sejumlah rupiah. Tapi bagi anak-anak muda itu, laptop adalah pintu masa depan, jendela yang membuka mereka pada dunia yang lebih luas, dunia yang tak lagi terbatas oleh pulau dan jarak. Uang saku itu, kecil atau besar, adalah simbol perhatian: sebuah isyarat bahwa perjuangan mereka di lapangan, disiplin mereka menahan terik dan basah keringat, tidak pernah sia-sia.
Di tengah berita-berita tentang pejabat yang kerap menciptakan jarak dengan rakyat, langkah seorang bupati di ujung timur negeri ini justru menciptakan kedekatan. Ia menunjukkan bahwa kepemimpinan bukan sekadar regulasi dan perintah, melainkan juga ketulusan memberi.
Tindakan itu cepat bergulir di media sosial. Indonesia terenyuh—di Maluku Utara, ada seorang Gubernur yang percaya bahwa masa depan negeri ini bukan hanya soal jalan raya dan gedung-gedung, melainkan juga tentang anak-anak yang diberi alasan untuk percaya diri, anak-anak yang merasa dilihat dan dihargai.
Mungkin, sejarah akan mencatat para Paskibraka itu sebagai penjaga bendera tahun ini. Tapi di ingatan mereka, akan selalu ada cerita tentang seorang pemimpin yang menghadiahkan lebih dari sekadar laptop dan uang saku—ia menghadiahkan harapan.
Dan bukankah bangsa ini, lebih dari apapun, sedang haus pada teladan seperti itu?
,@Teras Rumah. Lorong Cantik Bitung 21/8-2025