Connect with us

Artikel

Dari Bumi Nyiur Melambai: Saat Doa-Doa Bergema Menembus Langit Manado

Redaksi

Published

pada

By

IMG 20250822 WA0042

Catatan : Yaziin Solichin

Gemuruh suara rakyat yang ‘menggugat’ mengguncang fondasi Ibu Pertiwi. Di tengah gelombang demonstrasi yang tak lagi terbendung, seakan merobek tenun perdamaian bangsa, sebuah suara lain bangkit dari ujung utara Nusantara.

Bukan teriakan, bukan pekik, melainkan desahan-doa yang menyentuh langit.

Dari Kota Manado, Sulawesi Utara, pada malam syahdu peringatan kemerdekaan RI ke-80, lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an mengalir dari Tabligh Akbar di Sindulang.

Ia bukan sekadar bacaan, melainkan jeritan hati sunyi yang memohon belas kasih Yang Maha Kuasa.

Ini adalah suara mereka yang letih melihat negeri tercinta berkubang dalam gejolak, suara yang rindu akan ketenangan yang telah lama pergi.

Doa-doa itu dibacakan bukan untuk membungkam suara rakyat yang turun ke jalan, tetapi sebagai sebuah harapan suci agar semangat perjuangan mereka tidak tenggelam dalam amuk massa.

Sebuah permohonan agar api keadilan yang mereka nyalakan tidak berubah menjadi kobaran yang membakar rasa persaudaraan.

Seluruh warga Manado yang hadir menyatukan hati, menitipkan harapan melalui setiap huruf Kitab Suci. Mereka merindukan sebuah rekonsiliasi agung; agar demo yang menyuarakan rasa keadilan itu menemukan jalan damainya, agar pemerintah dapat kembali menjalankan tugas sucinya: membela rakyat, bukan sekadar melantunkan janji di atas panggung politik.

Dan doa itu pun mengalir deras, menyasar para wakil rakyat di gedung wakil rakyat. “Gunakanlah lidahmu dengan bijak,” begitulah kira-kira isi doa itu, sebuah permintaan agar setiap kata yang lahir dari mulut mereka adalah obat, bukan pisau yang menyakiti dan memperdalam luka rakyat yang sudah terluka.

Malam itu, Manado tidak berdemo. Manado bersimpuh. Mereka memilih untuk membangun benteng pertahanan yang paling kuat: iman dan doa.

Mereka percaya bahwa ada kekuatan lain yang mampu meredakan gelombang besar yang menguji Indonesia.

di mana ada gejolak, di sana pula ada doa. Dimana ada amarah, di sana ada dzikir. Di mana ada perbedaan, di sana ada harapan untuk bersatu kembali.

Semoga dari tanah Minahasa ini, kedamaian menemukan jalannya untuk kembali menyapu seluruh pelosok Ibu Pertiwi tercinta. Aamiin

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

PLN
Pegadaian

Sosial Media

/** * Use the following code in your theme template files to display breadcrumbs: */